20.11.12

POP CULTURE DALAM KAITANNYA DENGAN CULTURAL IMPERIALISM THEORY


Kali ini aku bakal ngeposting beda dari yang biasanya. Kali ini mau ngeposting tentang tugas. Yak, ini adalah tugas Komunikasi Massa. Langsung sajaaaa~~

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.  Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2003: 188)
            Dominick(2000) mengatakan bahwa dalam melihat fungsi dan kegunaan komunikasi massa, perlu dilakukan dua bentuk analisis, yakni analisis makro (wide-angle lens) dan analisis milkro (close-up lens). Kedua metode ini, baik analisis makro maupun analisis mikro, kadang kala memiliki hasil yang sama pada khalayak dalam menyerap informasi yang disampaikan media massa.
            Pop Culture atau yang biasa dikenal dengan sebutan budaya yang sedang nge-tren masa kini adalah salah satu dari efek terpaan komunikasi massa. Seperti yang sudah dipelajari bahwa komunikasi memiliki 3 efek, yaitu kognitif, afektif dan behavior. Pop Culture juga termasuk dalam salah satu contoh teori komunikasi massa Cultural Imperialism Theory. Cultural Imperialism Theory memiliki arti negara barat mendominasi dan mempunyai efek kuat terhadap media diseluruh dunia, sehingga akan terjadi proses peniruan media bagi negara berkembang dari negara maju, dan saat itulah akan terjadi penghancuran budaya di negara ketiga.
            Contoh dari Pop Culture ini berasal dari fungsi komunikasi menghibur atau entertainment, seperti lagu-lagu yang lagi hits jaman sekarang. Setiap orang, terlebih anak-anak muda pasti mempunyai koleksi lagu-lagu yang sama di handphone mereka. Entah apa yang membuat orang-orang ini mempunyai lagu-lagu yang sama. Karena syle musik mereka yang memang sama, atau memang karena hanya ingin dianggap ‘gaul’ oleh teman-temannya yang lain? Padahal lagu-lagu yang mereka simpan mungkin saja tidak hapal lirik maupun penempatan lagunya.
            Contoh yang lain adalah boyband, girlband yang diadaptasi atau istilah kasarnya ditiru dari Korea. Karena boyband dan girlband Korea sangat banyak dan terkenal, maka Indonesia pun mengikutinya. Mulai dari lagu, pakaian-cara berpakaian, lifestyle. Ini juga termasuk dalam fungsi komunikasi massa-fungsi mempengaruhi seperti yang dikatakan Effendy (1993) dan fungsi membius seperti yang dikemukakan oleh DeVito (1996). Pengertian dari fungsi mempengaruhi dan fungsi membius bisa dibilang mirip karena memiliki arti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima terbius ke dalam keadaan pasif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik.
            Sama seperti boyband, girlband. Ada yang melihat menjadi atau membuat sebuah boyband atau girlband akan membuat popularitas mereka meningkat dan mungkin tingkat kegantengan dan kecantikan mereka akan bertambah. Padahal menurut opini sebagian masyarakat menjadi sebuah boyband dan girlband itu adalah tindakan yang konyol. Ditambah lagi boyband dan girlband yang tidak bermutu, yang hanya mengandalkan tampang dan fisik dibandingkan kualitas suara dan performnya.
            Contoh lain adalah bahasa. Pernah mendengar atau merasakan atau bahkan melakukan tidakan berbahasa 4L4y / alay? Sekitar tahun 2008 atau bahkan sampai sekarang bahasa ini masih dipakai oleh segelintir orang. Entah karena dimata mereka formasi bahasa yang terdiri dari angka dan huruf ini terlihat keren dan bagus sehingga mereka ingin dianggap ‘gaul’?
            Akhir-akhir ini juga sering terdengar kata-kata “Ciyus?? Miapah?? Cungguh?? Enelan??”. Itu juga merupakan terpaan dari komunikasi massa. Berawal dari sebuah jejaring sosial di internet, lalu merembet ke media massa periklanan sebuah produk, lalu diketahui oleh masyarakat luas. Akhirnya sekarang semua orang memakai kata-kata itu dalam berkomunikasi.
            Semua contoh-contoh terpaan komunikasi massa tadi merupakan salah satu contoh dari Cultural Imperialism Theory. Karena pengaruh-pengaruh dari pihak luar, maka budaya yang ada di dalamnya sendiri menjadi luntur dan hilang. Seperti kain-kain khas Indonesia yang luntur oleh pengaruh cara berpakaian dan motif pakaian dari luar yang lebih bagus dan menarik.


Referensi :
Buku Komunikasi Massa suatu pengantar (2007) – Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si; Dra. Lukiati Komala, M.Si; Dra. Siti Karlinah, M.Si – Penerbit Simbiosa Rekatama Media.

1 comment: