Kali ini aku bakal ngeposting beda dari yang biasanya. Kali ini mau ngeposting tentang tugas. Yak, ini adalah tugas Komunikasi Massa. Langsung sajaaaa~~
Definisi komunikasi massa yang
paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni:
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Definisi komunikasi massa yang lebih perinci
dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967)
Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan
lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam
masyarakat industri (Rakhmat, 2003: 188)
Dominick(2000) mengatakan bahwa
dalam melihat fungsi dan kegunaan komunikasi massa, perlu dilakukan dua bentuk
analisis, yakni analisis makro (wide-angle
lens) dan analisis milkro (close-up
lens). Kedua metode ini, baik analisis makro maupun analisis mikro, kadang
kala memiliki hasil yang sama pada khalayak dalam menyerap informasi yang
disampaikan media massa.
Pop Culture atau yang biasa dikenal
dengan sebutan budaya yang sedang nge-tren masa kini adalah salah satu dari
efek terpaan komunikasi massa. Seperti yang sudah dipelajari bahwa komunikasi
memiliki 3 efek, yaitu kognitif, afektif dan behavior. Pop Culture juga
termasuk dalam salah satu contoh teori komunikasi massa Cultural Imperialism
Theory. Cultural Imperialism Theory memiliki arti negara barat mendominasi dan
mempunyai efek kuat terhadap media diseluruh dunia, sehingga akan terjadi
proses peniruan media bagi negara berkembang dari negara maju, dan saat itulah
akan terjadi penghancuran budaya di negara ketiga.
Contoh dari Pop Culture ini berasal
dari fungsi komunikasi menghibur atau entertainment, seperti lagu-lagu yang
lagi hits jaman sekarang. Setiap
orang, terlebih anak-anak muda pasti mempunyai koleksi lagu-lagu yang sama di
handphone mereka. Entah apa yang membuat orang-orang ini mempunyai lagu-lagu
yang sama. Karena syle musik mereka yang memang sama, atau memang karena hanya
ingin dianggap ‘gaul’ oleh teman-temannya yang lain? Padahal lagu-lagu yang
mereka simpan mungkin saja tidak hapal lirik maupun penempatan lagunya.
Contoh yang lain adalah boyband,
girlband yang diadaptasi atau istilah kasarnya ditiru dari Korea. Karena
boyband dan girlband Korea sangat banyak dan terkenal, maka Indonesia pun
mengikutinya. Mulai dari lagu, pakaian-cara berpakaian, lifestyle. Ini juga
termasuk dalam fungsi komunikasi massa-fungsi mempengaruhi seperti yang
dikatakan Effendy (1993) dan fungsi membius seperti yang dikemukakan oleh
DeVito (1996). Pengertian dari fungsi mempengaruhi dan fungsi membius bisa
dibilang mirip karena memiliki arti bahwa apabila media menyajikan informasi
tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil.
Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima terbius ke dalam keadaan pasif
seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik.
Sama seperti boyband, girlband. Ada
yang melihat menjadi atau membuat sebuah boyband atau girlband akan membuat
popularitas mereka meningkat dan mungkin tingkat kegantengan dan kecantikan
mereka akan bertambah. Padahal menurut opini sebagian masyarakat menjadi sebuah
boyband dan girlband itu adalah tindakan yang konyol. Ditambah lagi boyband dan
girlband yang tidak bermutu, yang hanya mengandalkan tampang dan fisik
dibandingkan kualitas suara dan performnya.
Contoh lain adalah bahasa. Pernah
mendengar atau merasakan atau bahkan melakukan tidakan berbahasa 4L4y / alay?
Sekitar tahun 2008 atau bahkan sampai sekarang bahasa ini masih dipakai oleh
segelintir orang. Entah karena dimata mereka formasi bahasa yang terdiri dari
angka dan huruf ini terlihat keren dan bagus sehingga mereka ingin dianggap ‘gaul’?
Akhir-akhir ini juga sering
terdengar kata-kata “Ciyus?? Miapah?? Cungguh?? Enelan??”. Itu juga merupakan
terpaan dari komunikasi massa. Berawal dari sebuah jejaring sosial di internet,
lalu merembet ke media massa periklanan sebuah produk, lalu diketahui oleh masyarakat
luas. Akhirnya sekarang semua orang memakai kata-kata itu dalam berkomunikasi.
Semua contoh-contoh terpaan
komunikasi massa tadi merupakan salah satu contoh dari Cultural Imperialism
Theory. Karena pengaruh-pengaruh dari pihak luar, maka budaya yang ada di
dalamnya sendiri menjadi luntur dan hilang. Seperti kain-kain khas Indonesia
yang luntur oleh pengaruh cara berpakaian dan motif pakaian dari luar yang
lebih bagus dan menarik.
Referensi
:
Buku
Komunikasi Massa suatu pengantar (2007) – Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si; Dra.
Lukiati Komala, M.Si; Dra. Siti Karlinah, M.Si – Penerbit Simbiosa Rekatama
Media.
hi...lam kenal ja...,+like tulisannya..
ReplyDelete